[1.3] (Part. 1/3) EXO Fanfiction : Yellow Light

Udah seribu tahun gak ngelanjutin FF MAMA. Udah pengen ngelanjutin ff MAMA walaupun kris sama luhan udah pergi. Sedih emang. Tapi demi teman2 semua. Oke.

Yellow Light. FF yang pertama kali emang beneran mikir judul ff nya apa. Dibanding ff kayak MAMA atau SORRYSOORY yang gak mikir (dan pengen mikir kreatif sama judulnya). Yellow Light, ya kalo di translate ke bahasa indonesia artinya "lampu kuning". Kenapa lampu kuning? Secara umum warna kuning tanda hati-hati, kalo mau nyebrang harus hati-hati, kalo berenti harus hati-hati, ya kalao ngapa-ngapain harus hati-hati. Ini didedikasikan bgt buat tokohnya :""") O ia. Gatau ini genrenya drama atau angst atau anguish. Jadi baca aja makasih :)

FF nya three-shoots (?) aja. Do you want to read?????

Title : Yellow Light
Lenght : 3shoots
Casts : Chanyeol, Sehun, Kai (dan ada Luna di part.2)






                Beberapa ekor burung berkicau, juga terdengar suara jangkrik hingga terdengar sebuah harmoni yang menyejukkan jiwa. Sinar matahari memantul dari bulir air hujan yang sempat singgah pada beberapa helai daun pohon jati. Saling terdesak antara beberapa molekul oksigen hingga memenuhi matriks. Tidak ada arus deras, hanyalah air yang mengalir dengan tenang pada sungai kecil yang terletak di pinggir lembah. Kesunyian merambat pada celah-celah lembah yang bertajuk kesejukan dan kenyamanan.

                Dan kedua sahabat itu sepertinya dapat melumatkan kata “kesunyian”dari lembah yang mereka pijaki. Gelak tawa yang dihasilkan dari proses kebahagiaan itu membuat Chanyeol semakin tampan saja. Kehangatan yang terpancar dari tubuh jangkung itu mempu menghipnotis beberapa ekor hewan seperti kelinci atau kucing, untuk keluar dari persembunyiannya. Kai tersenyum saja, membiarkan sahabatnya menikmati anugerah ini.

                “Sepuluh hari lagi kau akan hidup kembali sebagai seorang manusia, Chanyeol!” Kemudian Kai melangkahkan kedua kakinya, mendekati Chanyeol dengan wajah berbinar. “Setelah kematian yang merenggut nyawamu, ada kesempatan untuk hidup kembali. Aku bersyukur untukmu, Chanyeol-ah!”

                “Sebentar lagi aku akan bertemu dengan Sehun, adikku tercinta. Bagaimana keadannya, ya? Aku benar-benar merindukan bocah itu!” Senyuman lebar tersungging dari bibir penuh Chanyeol, deretan gigi berwarna putih susu mulai tampak. Kemudian pemuda itu melompat-lompat kegirangan, tak kuasa menahan kebahagiaan yang mengalir di sekujur tubuhnya.Namun seperti memaksakan diri, senyuman Kai terasa hambar, seperti menyembunyikan sesuatu.

                Selama Sembilan puluh hari semenjak kesempatan yang diberikan kepada Chanyeol untuk hidup kembali, memang Kai diutus sebagai malaikat pendamping. Mencari segala informasi mengenai keluarga Chanyeol agar tak terjadi sebuah kebingungan. Sejumput kekuatan diberikan kepada Chanyeol selama seratus hari, namun dengan keras Kai melarang Chanyeol untuk menggunakan kekuatannya. Chanyeol akan menghilang jika menggunakan kekuatan itu dalam skala besar.

                Setelah penelusuran akan informasi adiknya, Sehun, kini tibalah Kai pada sebuah kamar dimana seorang laki-laki manis sedang terbaring di atas ranjang. Tentu ia tidak dapat melihat atau merasakan keberadaan Kai karena statusnya sebagai seorang malaikat.

                Bukannya merasa bahagia karena dapat menemukan Sehun, justru atau malah rasa iba membuat kedua kakinya sedikit bergetar. Bukan sebuah pemandangan yang seharusnya ia k=lihat sekarang. Bukan sebuah pemandangan yang ia harapkan sekarang.

                “Apa yang harus ku katakana padanya?” Kebingungan mulai menerkam dirinya, dan ia tahu benar kalau seorang malaikat tidak boleh seperti ini. Seorang laki-laki berkulit pucat (atau seperti mayat hidup?) dengan cipratan darah pada bibir dan pakaiannya, mampu mengguncang Kai secara emosional. Segala kegundahan yang kini terkuak dari dalam hatinya merangsang bulir-bulir air yang tergenang di kelopak matanya, kemudian secara perlahan mengalirpada pipi tirus itu.

                Lalu kedua mata itu membesar saat terlihat selembar surat dari rumah sakit di atas meja kayu berukuran sedang, tulisan kanker darah stadium tiga lagi-lagi membuatnya tergoncang. Bagaimana bias ia menghancurkan dinding-dinding kebahagiaan yang dibangun oleh Chanyeol dengan kapak berupa fakta menyakitkan ini?

                Perasaan kalut mewarnai kepulangan Kai ke lembah kesunyian. Namun aura cerah masih mendominasi Chanyeol yang kini terbaring di atas rumput, masih menikmati kesegaran sekaligus kesejukan. Tatapannya lurus saja ke atas langit, terlihat seolah menunggu sebuah kepastian. Tak lama pandangannya mencuri Kai yang tampak resah.

                “Kenapa aku dilarang untuk meninggalkan lembah ini sebelum resmi menjadi manusia? Ah, aku benar-benar merindukan bocah itu…”

                “Jangan katakana nama itu di hadapanku!” Kai berteriak sekeras yang ia bisa. Chanyeol diam saja, terlihat cukup mengerti akan kondisi Kai sekarang.

                Namun Kai benar-benar mensugestikan sepasang telinganya untuk menolak nama Sehun terdengar pada kedua telinganya. Selalu saja emosinya terpancing saat terdengar nama Sehun pada bibir penuh Chanyeol.  Awalnya Chanyeol acuh saja, nanum lama-kelamaan sikap sahabatnya ini membuatnya muak.

                Hingga akhirnya kesabaran Chanyeol habis karena ulah sahabatnya ini. Di suatu malam yang dingin pemuda itu menahan Kai, berusaha untuk membongkar segala rahasia yang dibangun oleh sahabatnya selama beberapa hari terakhir.

                “Apa yang kau sembunyikan dariku?” Nada bicaranya terdengar tajam, menggambarkan kekesalan sekaligus perasaan ingin tahu. Akan tetapi cara bicaranya itu tak mampu menggerakkan bibir penuh Kai untuk mengatakan seluruh isi hatinya. Hingga kekesalan merajai tubuh Chanyeol, ia yakin betul kalau Kai menyimpan sebuah rahasia mengenai Sehun.

                “Apa yang sedang terjadi pada adikku Sehun, huh?” Berteriak Chanyeol sekeras yang ia bisa, tak peduli akan kondisi pita suaranya sekarang. Tak peduli atau malah benar-benar tak peduli kalau suara merdunya akan bertransformasi menjadi serak.

                “Aku akan membunuhmu jika terjadi sesuatu pada Sehun!” Kemarahan menjalar pada setiap inci tubuhnya dan kini berhasil merasuk pada hatinya yang lembut. Mampu mengendalikan seluruh bagian tubuhnya hingga sepasang matayang dulunya menyinarkan sebuah kebahagiaan kini memudar, digantikan oleh tatapan tajam yang mampu membekukan Kai secara sempurna.

                Kai melepaskan cengkraman Chanyeol, lalu meninggalkan Chanyeol yang masih diselimuti kemarahan.
***

                “Haruskah ku katakan keadaanmu padanya?”

                Dahinya selalu mengerut setiap kali ia melihat Sehun yang terkulai lemas di ranjang. Dirinya hanya tidak tega mengatakan kesedihan ini pada Chanyeol, tak ingin kesedihan merasuki tubuh Chanyeol hingga membuatnya tak memiliki semangat untuk hidup kembali.

                Perlahan Kai menunduk, melihat setiap goresan yang membentuk wajah Sehun secara sempurna. Namun kulit berwarna pucat itu seakan memudarkan ketampanan wajahnya, ditambah dengan rasa pesimis yang tergambar jelas pada wajah Sehun.

                “Kenapa kau selalu dating kemari? Aku tak menyukai tatapan menyedihkan itu…”
                Sepasang mata yang membentuk waja Kai membesar, tak percaya akan apa yang bergetar pada gendang telinganya. Spontan Kai memutarkan kepalanya, membuat Sehun terkekeh pelan. “Tak perlu takut. Aku bisa melihatmu semenjak pertama kali kau dating kemari.”

                Perlahan darah mengucur dari hidungnya yang mancung, namun senyum masih terkembang pada wajahnya. “Kau malaikat yang akan mencabut nyawaku, bukan? Aku tidak ingin membuang waktu. Cepatlah!”

                Tatapan itu menajam, perlahan air mata menetes dari kedua mata Sehun yang bulat. Kai meremas tangannya dengan kuat, masih enggan untuk menatap mata sayu lelaki muda itu.

“Aku bukan malaikat pencabut nyawa!” Kai berteriak sekeras mungkin, memutuskan fikiran Sehun secara sepihak. “Bertahanlah. Sebentar lagi Chanyeol akan menjemputmu.”

Sehun terdiam. Tak mampu untuk berfikir cepat akan reaksi yang harus ia tunjukkan saat mendengar ucapan nan mampu menyayat hatinya. Menjadi lemas kedua kakinya, masih berusaha untuk mencerna setiap kata yang terucap oleh Kai. Tatapan kosong terpancar dari sepasang mata yang bulat. “Jadi, Chanyeol hyung masih hidup?”

Kai mengangguk. Bulir air tergenang pada kelopak matanya, kemudian dengan cepat membasahi pipi tirus Sehun. Tak kuasa menahan rasa haru yang kini menyelimuti tubuh kurus itu, senyuman kian terkembang pada wajah pucat. Bukannya membalas rasa senang yang terpancar dari wajah Sehun, malah malaikat itu melemparkan tatapan tajam sehingga memudarkan kebahagiaan Sehun.

“Izinkan aku menemuinya.”

“Tidak untuk sekarang! Terlalu berbahaya baginya untuk datang kemari!” Perlahan Kai membeberkan rahasia Chanyeol yang seharusnya tidak diketahui oleh Sehun.

“Kondisiku sudah sekarat. Kau tahu kan kalau aku mengidap kanker stadium tiga? Mungkin sebentar lagi aku akan mati…”

“Kau tidak boleh egois! Terlalu berbahaya untuknya!”

“Kumohon…”

Comments

uhubitudaffron said…
Casino | MapyRO
This casino is located in the heart of Las Vegas and 안성 출장샵 is 통영 출장마사지 easily accessible 영천 출장마사지 due to its proximity to the 삼척 출장샵 Fremont Street Experience. The property was built in 1885  Rating: 4.6 · ‎32 창원 출장안마 votes