SMTOWN Fanfiction : Dream Girl [PART 2]

HEEEEEEEEI themuaaaaaaa
 
Annyeong semuaaaa :) 
Udah 3+ bulan hiatus. Hmmm.. sedih juga sih blog gak diurus :( maklum sibuk yah, angkatan percobaan kemendikbud soal kurikulum 2013 :( Udah tugas banyak, ulangan dan lain-lain jadi susah ber fangirling riaaa :""( (KOK JADI CURHAT -_-)


Okeeee ini ff lanjutan heheeee :) Peliiisssss dibaca, dikomen sekalian :) jangan cuma mention twitter sama ask.fm, komen nya lewat blog juga peliiis :) Well, ini ff terfavorit menurut temen2 aku sih .-. Walau viewers di blog ini rata2 paling suka yg ff suju yaaa .-.

Sebenernya pengen ngelanjutin ff suju nya sih, tapi karena ada yang bilang genderswitch dan sebagainya jadi males ngelanjutin yang suju mian :( tapi kalo ada waktu insyaAllah diusahain yaaaa :) yg ff exo snsd mau dilanjutin jugaaaaaa YA ALLAH NUMPUK SEMUANYAAAAA NUMPUK :""(
Oke, tolong dibaca yaaa ff ini, length nya sequel. HiHiHiiii :D

Continue reading~


Pagi ini akan diadakan grand opening new student di Kim.K Art School. Begitu menyebalkan bahwa aku harus bersama dengannya. Aku yakin, bebek adalah namja yang dingin, jutek, dan tak tahu menahu dengan sosial. Aku tak yakin grupku, C2, akan menjadi sebuah grup yang solid.

Aku mulai duduk di aula. Seorang namja berambut jamur datang menghampiriku.

“Sulli, aku Taemin!” ujarnya. Oh ya, dia adalah teman satu grupku. Aku tertawa kegirangan. Kemudian kami melakukan yel-yel bodoh. Jangan anggap aku aneh, dialah yang aneh. Tidak, Taemin adalah pria yang begitu polos.

Jujur, kami tidak mendengarkan kata sambutan saat grang opening. Taemin begitu lucu, ia menceritakan hal-hal lucu kepadaku. Asal kalian tahu, karena itulah kami diberikan hukuman membersihkan toilet, karena suara yang kami timbulkan –ketika tertawa- menghancurkan suasana.

***

“Taemin, bersihkan itu!” ujarku. Taemin menggeleng.

“YAAAAA!” Aku berteriak. Taemin tertawa terbahak-bahak. Bukan karena teriakanku, ia tertawa karena seluruh pria yang berada disini –toilet- menatapku. Tunggu, kalian jangan berfikiran yadong, ya. Mereka masuk ke dalam kamar-kamar toilet.

***

Taemin mengajakku ke kantin. Sebenarnya setelah grand opening new student, siswa diperbolehkan untuk pulang. Namun, ia bersikeras ke kantin. Sepertinya ia lapar.

Ternyata benar. Aku benar-benar terkejut. Dan kali ini, ia sudah memakan 6 potong roti. Kini bibirnya telah penuh dengan serpihan-serpihan roti. Tentulah aku tertawa melihat wajahnya. Segera kuberikan cermin kepadanya. Taemin tertawa dengan wajah belepotan, kemudian segera mengelap serpihan roti di mulutnya.

“You are a cute boy!” ujarku.

“Ngapain?”

Aku tertawa terbahak-bahak mendengar respon Taemin. Ia begitu polos, dengan mudahnya percaya akan perkataanku. Aku mencubit pipinya. Ia kesal, namun kukatakan bahwa aku tak bisa tahan akan keimutannya.

***

Taemin mengambilkan minuman ke depan kantin. Aku menidurkan kepala di meja, menunggu pesanan minuman yang sedang dipesan Taemin. Lantunan musik di earphone membuatku tak bosan menunggu Taemin. Namun, sebuah pukulan meja berhasil mengejutkanku. Aku langsung terbangun dan melihat kearah si pelaku.

“What?” tanyaku heran. Namja itu –si pelaku- tertawa kecil, terlihat seperti merendahkanku.

Kalimat terakhir itu berhasil membungkam mulutku. Bibirku terasa terkunci. Aku… perkataan itu begitu menyayat. Tak begitu masalah bagiku bila diremehkan orang lain, namun aku tak tahan bila dikatakan sebuah perkataan kasar.

Aku tak dapat membendung air mata ini. Mereka tetap saja keluar dari kedua mataku. Nafasku terasa sesak. Aku berusaha mengontrol nafasku, namun kepedihan hati ini sukses merajaiku.

Aku berusaha untuk tenang, namun seorang namja tiba-tiba datang dan memelukku.

***

“You!” ujarku tak percaya. Dia bebek, namja yang menggendongku barusan. Namun, tindakanku padanya tak seperti biasanya. Aku tak seheboh biasanya. Mood ku hari ini benar-benar buruk.

“Dia tak bermaksud merendahkanmu” ujar bebek.

***

Aku memasuki kelas dengan mata yang sedikit membengkak. Lalu, seorang siswi menghampiriku. Tampaknya ia seorang Cina.

Aku tak menjawab. Aku tak ingin menatap siapa saja sampai bel berbunyi. Seluruh murid masuk ke dalam kelas, kemudian memperkenalkan diri di depan kelas. Aku menatap seorang namja yang membentakku tadi. Aku merasa sedikit heran, sikapnya kali ini sangat berbeda dengan tindakannya padaku tadi. Ia sangat ramah dan mudah tersenyum.

Ia memperhatikanku dengan bibir tersenyum. Hah, ia kira aku dapat memaafkannya?

***

Hari ini berjalan indah, meski terdapat sedikit insiden. Aku berjalan keluar dari sekolah sambil bersenandung. Namun, kurasa seseorang sedang mengikutiku.

Aku berjalan pelan sambil berusaha menangkap sosok seseorang yang sedang mengikutiku. Aku berfikir cepat untuk menangkapnya. Aku akan menggunakan jurus taekwondo ku. FYI, aku adalah pemegang sabuk hitam taekwondo.

Aku berhenti sejenak, kemudian mundur, dan melacak keberadaannya. Dengan cepat kupakai jurus taekwondo sehingga darah segar mengalir dari hidungnya. Yehet!

“Sehun?” tanyaku heran.

Ekspresi Sehun terlihat seperti jijik kepadaku. -_-

“Aku tak ingin berurusan padamu. Jika kau tak menyukaiku, aku akan menjauh darimu” ujarku datar. Aku tak ingin membuat sebuah kekacauan “lagi”.
“Sorry” ujarnya. Aku tak menjawab, takut bila permintaan maaf itu hanyalah sebuah pengecoh. Namun, ia menatapku serius. Sepertinya ia memang berniat untuk meminta maaf.
“Katakan poin nya saja. Aku sibuk” ujarku datar.

***

Tiupan angin berhasil mengeringkan air mata yang mengucur di pipiku. Entahlah, aku tak tahu, aku terharu, atau justru sedih.

Sehun hanya menunduk. Aku mengerti bagaimana perasaannya sebagai seorang sahabat, jadi aku memaafkan perlakuan kasarnya –kepadaku- tadi.

Kulihat Taemin mendekat. Dengan segera kubersihkan wajahku dari bulir air mata.

***
“Kita mau kemana sih?”

Sehun dan Taemin tak menjawab. Taemin mendekati gundukan salju yang berada tepat di sampingnya, kemudian berbaring disana.

“Taemin, what are you doing?” tanyaku tak percaya.

Taemin kemudian beranjak. Kami melanjutkan perjalanan kami, dan aku masih belum tahu tujuan perjalanan ini kemana.

Sebuah panggilan tertuju pada Taemin. Dengan segera Taemin menjawab panggilan dari handphone nya. Ia bercakap-cakap dengan ramah, kemudian mengakhiri panggilan itu.

Noona9 telah menungguku” ujar Taemin kepada kami. “Boa noona.”

“Boa sonsaengnim10?” tanyaku kaget. Tentulah aku kaget, bagaimana bisa kakak Taemin adalah guru di sekolah kami, Kim.K Art School? Namun, Sehun membenarkan perkataan kami.

Taemin berpamitan. Dia bilang, ada urusan mendadak dengan Boa sonsaengnim. Jadi, kini hanya ada Sehun.

Kami berjalan melewati toko-toko yang berjajar rapi di tengah kota Seoul. Tak cukup banyak orang yang memilih untuk bermain di luar karena cuaca yang cukup dingin hari ini. Mereka lebih memilih untuk tetap tinggal di rumah, meminum segelas coklat ditemani beberapa buah biskuit. Atau, mereka lebih memilih untuk tidur saja di rumah.

 “Kita mau kemana sih?’

Pertanyaan itu akhirnya terlontar dari bibirku.

“Sudahlah, gak usah dipikirin. Taemin udah pergi, jadi rencana ini kita batalkan” jawab Sehun dengan tenang.

“Aku berharap Sulli dapat menjaga Taemin dengan baik. Jangan sampai kanker yang dideritanya semakin parah” ujar Sehun. Ia berbalik arah, kemudian meninggalkanku sendirian.

“Yaaaaaa, tunggu!”

Aku berteriak, namun Sehun mengacuhkanku. Aku yakin sekali kalau ia mendengarnya, tapi dia tak menoleh padaku. Aku berniat untuk mengejarnya, namun handphone milikku berdering.

“Halo”

***

Aku memasuki mobil yang dikendarai Baekhyun oppa. Baekhyun oppa menyetir sambil bernyanyi mengikuti irama lagu yang kini sedang diputar, sedangkan Jongin sibuk memangsa buah-buahan yang berada tepat di depannya. Kurasa kedua saudaraku ini akan membawaku ke suatu tempat yang sangat ku rindukan. Dan benar, mereka membawaku ke pemakaman ayah, tempat yang paling aku rindukan.

Aku langsung teringat akan bayang-bayang ayahku beberapa hari yang lalu. Aku benar-benar melihat sosok ayah berdiri di depanku, namun Baekhyun oppa bersikeras mengatakan bahwa semua itu hanya ilusi, sebuah ilusi yang muncul karena ke-tidak-sanggupan-ku untuk menerima kenyataan bahwa ayah telah meninggalkan kami semua. Ya, aku berencana untuk membicarakan hal ini dengan Jongin, saudara kembarku yang mungkin, secerdas Einstein. Terkadang aku sedikit merasa aneh dengan kebiasaan hidupnya yang “terlalu” sehat. Anak itu benar-benar hebat. Setiap hari ia memberikan kuliah padaku, menceritakan hal-hal yang harus diperhatikan dan dijauhi. Mungkin ini alasan mengapa hanya aku yang disuruh ayah untuk memasuki art school, sedangkan Baekhyun oppa dan Jongin sekolah di SMA biasa. Sekolah anak-anak seni, anak-anak yang ingin menjadi seniman, anak-anak yang ingin menjadi artis, bukan ilmuwan. Sekolahku tidak diperuntukkan untuk manusia sepertinya. Hahaa, tapi tenang. Aku samasekali tak memiliki perasaan benci padanya. Aku hanya kagum akan otak cerdas yang dimilikinya. Hei, jangan merendahkanku. Aku cukup pintar kok. Ayah saja yang aneh, memintaku jadi artis.

Kini kami telah berada di depan makam ayah. Ku taburkan melati tepat di atas makam itu. Kami memanjatkan doa, berharap yang terbaik untuknya disana. Setelah selesai berdoa, kami beranjak dan berencana untuk pergi. Namun seorang wanita seumuran ibu dan seorang cowok mendekati kami. Si bebek. Ah, aku mulai muak. Mengapa ia selalu berada di dekatku? Sebenarnya, tak begitu masalah bagiku jika seorang cowok mendekatiku. Tapi, si bebek ini beda. Ia selalu membuatku kesal. Perasaan, aku tak pernah melakukan sesuatu yang buruk padanya.

“Wah, kebetulan sekali Sulli disini. Ahjumma dan Minho barusan ziarah ke makam ayahnya Minho” ujar ibunya bersemangat. Aku tersenyum kecil, sedikit menunduk pada wanita kepala empat itu.

“Mungkin Sulli sama Minho jodoh!”

Oh My God. Aku memikirkan perkataan yang dilontarkan ibu bebek dalam-dalam. Jodoh? Melihat bebek saja sudah membuatku ilfeel. Aku yakin cuma kebetulan.

***

Aku, Jongin dan Baekhyun oppa pergi dari tempat itu. Aku merasa lapar, sudah dari tadi siang perutku belum diisi apapun. Baekhyun oppa melihatku dari kaca spion depan. Ia tersenyum melihatku yang dari tadi menelan ludah sambil memegang perut.

“Jongin, berikan buahmu pada Sulli!” perintah Baekhyun oppa.

Jongin memandangku, kemudian tertawa atas tindakan konyolku saat lapar. Jongin yang awalnya duduk di bangku depan, pindah ke bangku belakang.

“Kenapa pindah?” tanyaku.

Ah, aku lupa mengatakannya. Meskipun Jongin terlihat dingin, namun sebenarnya ia memiliki hati yang lembut. Terkadang, ia bisa menjadi sangat ramah dan romantis. Benar kok, aku tidak berbohong. Aku benar-benar mengetahui karakter saudaraku, meskipun dulu aku tak tinggal dengannya (karena dulunya aku tinggal di amerika, sedangkan Jongin tinggal di Korea).

“Jongin menyuapiku? Ah, kau romantis juga” ujarku dengan nada centil.

Wajahku langsung memerah. Baekhyun oppa tertawa keras, geli akan aku dan Jongin. Ini si Jongin kenapa gak mau nyuapin sih.





Kosakata :

7. Nugu : siapa

9. Noona : panggilan cowok ke cewek yg lebih tua

10. sonsaengnim : guru



DREAM GIRL



Suasana pagi hari di Kim.K High School memang benar-benar baik. Kau dapat menghirup udara segar sekaligus melihat pemandangan indah.

Aku dan teman baruku, Victoria memasuki kelas. Ya tentu saja kami harus melewati beberapa kelas. Namun, semua orang memperhatikanku. Aku tak tahu apa yang terjadi, begitu juga dengan Victoria. Victoria mengajakku untuk melihat artikel di madding sekolah. Bisa jadi kita akan menemukan jawabannya disana.

***

Victoria tertawa terbahak-bahak membaca secarik artikel berwarna merah jambu yang ditempel di mading.

“Menurutmu siapa yang membuat artikel ini?” tanyaku heran.

Comments