SHINee - f(x) fanfiction : Destination
Hueheheee :) f(x)~
Bismillah... semoga suka yaaaa :) genre romance. Ada Amber Josephine Liu sodara-sodaraaaaa :")
Check it out---------------------------->
Bismillah... semoga suka yaaaa :) genre romance. Ada Amber Josephine Liu sodara-sodaraaaaa :")
Check it out---------------------------->
“Tidak!!!!”
Namja
itu melemparkan obat yang diberikan perawat yang berada disampingnya. Perawat
itu bersikeras untuk memberinya obat, namun tetap saja namja itu menolak.
“Untuk apa aku meminum obat?”
“Tuan Muda, anda akan lekas sembuh jika meminum obat ini!”
“Sehat? Ahjumma ingin membodohiku? Aku tahu, tak lama lagi
aku akan mati!” ujar namja itu dingin. Terlihat jelas dari kedua matanya bahwa
tersimpan perasaan terluka. Ia beranjak dari tempat tidur, kemudian berlari
keluar dari ruang inap itu. Wajahnya semakin pucat, namun ia tidak peduli akan
itu. Ia sudah sangat muak akan obat-obatan yang selalu menemaninya setiap hari.
Lidahnya sudah tak mampu bermain dengan obat-obatan itu, ia selalu mual ketika
akan meminum obat, namun ia tetap memaksakan diri.
Mungkin di sini, tempat yang
sering dijadikan tempat terakhir bagi orang-orang yang sudah putus asa. Sudah
banyak orang yang terenggut nyawanya karena berani melompat dari atap rumah
sakit.
Ia
berdiri di tepi atap, mantap atas keinginannya untuk bunuh diri sekarang.
“Semoga hal ini menjadi yang terbaik.”
Ia
mulai menutup mata, bersiap untuk melompat dari atap. Ia meremas jarinya,
kemudian menarik nafas.
Namun,
seseorang menarik tubuhnya sehingga ia jatuh ke belakang, dan mengimpit orang
yang menarik tubuhnya. Namja itu segera bangun, kemudian berusaha melompat.
Seseorang yang berada di depannya memegang tangan namja itu erat.
“Bodoh! Apa yang kau lakukan?”
“Aku kira kau perempuan. Banyak gadis yang menghalangiku
untuk bunuh diri, karena mengincar harta keluargaku. Yaa, kau ingin mengincar
hartaku? Berusaha untuk menjadi teman dekatku?” Tanya namja itu dingin.
Seseorang yang berada di depannya itu terlihat kesal, kemudian memukul kepala
namja itu.
“Yaaaaa!!!
Aku perempuan. Ya, memang aku sedikit tomboy, tapi aku tak suka kalau dibilang
laki-laki. Namaku Amber”
Namja itu tak peduli.
“Oh ya, aku ada urusan. Jangan sampai kamu bunuh diri!” ujar
Amber. Namja itu tak menjawab, berlagak dingin seperti biasanya. Jika Amber mengajaknya
mengobrol, mungkin namja itu akan mengacuhkannya.
Perlahan-lahan
Amber meninggalkan namja itu. Namun, tak lama kemudian terdengar suara dentuman
di belakangnya. Amber berbalik, dan mendapati namja itu terbaring tak sadarkan
diri.
***
“Terima
kasih, Amberssi.”
Amber mengangguk sambil tersenyum.
“Namanya
Onew. Ia berasal dari keluarga kaya, kedua orangtuanya terlalu sibuk sehingga
tidak bisa menemaninya bermain, bahkan orangtuanya menjenguknya disini, hanya sesekali. Mungkin,
hal ini yang menyebabkannya menjadi dingin dan tdak memiliki semangat hidup.
Tapi, terima kasih karena anda telah menyelamatkan hidupnya tadi”
“Ah, tidak apa-apa, ahjumma. Saya senang melakukannya.”
“Tapi, apa anda juga pasien rumah sakit ini? Maaf jika saya
lancang, tapi sepertinya anda juga terkena kanker..” ujar perawat sekaligus
pengawal pribadi Onew. Ia melihat pakaian yang dikenakan Amber, pakaian rumah
sakit dengan pita kuning yang melingkar di lengan kanan baju itu, menandakan
kalau orang yang memakai baju itu adalah pengidap penyakit kanker.
Amber meremas
jarinya, namun berusaha untuk tetap tenang. Ia benci jika ada yang
mengatakannya terkena kanker, namun ia tak ingin emosinya melunjak saat ini. Ia
menarik nafas, kemudian menghembuskan nafasnya kembali.
“Ah
ahjumma, aku memang sakit. Tapi, sebentar lagi aku akan sehat! Aku akan
berjuang keras. Aku tak ingin dikalahkan penyakit!” ujar Amber bersemangat.
Perawat itu tertawa, kemudian melihat Onew yang kini terbaring di ranjang.
Ekspresinya berubah menjadi sedih.
“Andaikan
Onew memiliki semangat yang berkobar-kobar sepertimu.”
***
Keesokan harinya
“Apa
ahjumma tak bisa mendengarku? Aku tak ingin meminum obat!”
Onew
meronta-ronta karena marah –karena kondisinya tak kunjung membaik- sambil
berteriak. Nafasnya menjadi tidak teratur, matanya menjadi kemerahan dan bola
matanya bergerak tanpa arah. Ia mulai melempar semua barang yang berada di
dekatnya. Ia berusaha untuk melepaskan jarum infus yang menusuk tangannya.
“Jangan lakukan ini, Tuan Muda…”
Perawat
pribadinya mulai menangis dan berusaha untuk menghentikan perbuatan Onew. Ia
mengerti jika Onew sudah depresi dengan penyakitnya, namun ia tak ingin Onew
semakin terluka karena perbuatannya hari ini.
Ia
memegang Onew dengan kuat. Onew memintanya untuk melepaskan namja itu, namun
dengan tegas perawat itu menolak.
Tiba-tiba
percikan darah memercik di baju perawat itu. Ia memeluk Onew dengan kuat dan
menangis.
“Hentikan Tuan Muda!”
Perawat
itu melepaskan pelukannya dari Onew dan menatap Onew lekat-lekat. Ia tak peduli
jika selimut yang menutupi kaki Onew juga terkena cipratan darah –karena Onew.
“Saya mohon. Kondisi Tuan Muda semakin memburuk. Tuan Muda
tak ingin kemoterapi, juga operasi. Tapi tolong, minum obatnya... Saya tidak
melihat anda batuk darah setiap hari…”
***
“Kemoterapi
hari ini sudah selesai, Amberssi.”
“Terima kasih, seonsaengnim. Apa saya boleh keluar
sebentar?”
Dokter itu mengangguk.
Amber
berjalan sambil bernyanyi menuju kamar Onew. Sepertinya ia sangat bersemangat
jika berkaitan dengan Onew. Tidak, tidak. Ia selalu bersemangat setiap hari ,
sampai ia lupa kalau ia terkena kanker perut.
“Kok ribut?” Tanya Amber dalam hati. Ia telah sampai di
depan pintu kamar Onew, tapi ia yakin, terjadi suatu hal yang tidak beres. Ia
membuka pintu itu dan melihat bibir Onew memerah karena darah. Yeoja itu
membanting pintu itu sehingga Onew dan perawatnya melihat sosok yeoja itu
dengan jelas.
“Hentikan,
Onew!”. Amber berteriak sekeras mungkin.
“Siapa kau?”
“Mwoooo? Kamu tidak ingat aku? 10 tahun yang lalu, kamu
tidak ingat???”
***
Flashback
Yeoja
berusia 12 tahun itu terdiam di taman bermain, padahal anak-anak seusianya
bermain dengan penuh semangat. Ia tak membiarkan tubuhnya bermain, ia hanya
membiarkan rambut panjangnya bermain bersama angin yang sedari tadi berhembus
di sekelilingnya.
‘Apa aku akan mati?’. Kalimat itu terus terngiang di
kepalanya. Ia berusaha untuk melupakan hal itu, namun ia tak bisa. Ya, ia
mencoba untuk mendengarkan music dengan earphone dan menutup mata. Ia tak ingin
merasa sedih karena melihat teman-teman seusianya bermain, tapi ia tidak bisa
melakukannya.
Seorang
namja kecil terlihat memperhatikan yeoja itu dari tadi. Ia mendekati yeoja itu
dan melepas earphone milik yeoja itu. Tentu yeoja itu terkejut.
“Yaa, kenapa kamu tidak bermain?” Tanyanya. Yeoja itu menangis.
“Hei, maafkan aku. Aku tidak tahu apa masalahmu. Oke, aku
akan membantumu menyelesaikan masalah yang kamu hadapi sekarang. Tapi jangan
menangis!”
Yeoja
itu menghapus airmatanya.
“Kemarin, aku merasakan sesuatu yang aneh pada perutku.
Benar-benar sakit. Aku kira hanya sakit perut biasa, namun dokter bilang, aku
terkena kanker perut” ujar yeoja itu sedih.
Namja itu terkejut, namun
berusaha untuk tetap tenang. Ia tak ingin untuk membuat yeoja di sampingnya
sedih dengan tindakan cerobohnya.
“Mana handphonemu?”
Yeoja itu memberikan handphone miliknya.
Yeoja itu memberikan handphone miliknya.
“Namaku Onew. Aku sudah
memasukkan nomorku disana. Telfon saja aku jika kamu merasa sakit!”
***
From : Amber
To : Onew
To : Onew
Aku merubah penampilanku menjadi sedikit tomboy. Aku
kehilangan rambut panjangku.. L
(Foto)
From : Onew
To : Amber
To : Amber
Tidak! Kenapa Amber melakukannya? Princess ku hilaaang L
From : Amber
To : Onew
To : Onew
Aku akan menjadi ksatria! Aku tidak akan menjadi putri lagi.
Aku akan menjadi orang yang kuat! Mana ada ksatria berpenampilan feminine?
Weeeeeek :p
***
Flashback off
“Apa kamu sudah mengingatku?
Tolong hentikan perbuatanmu!”
Amber meneteskan air matanya.
Onew beranjak dari tempat tidurnya dan mendekati Amber. Menatap mata yeoja itu
dalam.
“Who are you?”
Amber tak menjawab. Onew menghembuskan nafasnya, kemudian
keluar dari kamar itu.
“Kau
mau kemana?” Tanya Amber datar. Namun Onew tidak menjawab.
***
“Berikan
padaku riwayat penyakit Amber Liu!”
Suara
keras itu terdengar jelas di tempat administrasi rumah sakit.
“Apa
kau lupa, aku anak dari Lee Jinyoung! Keluargaku banyak memberi sumbangan
kepada rumah sakit ini. Apa kau ingin, aku menarik sumbangannya?”
Pengurus
administrasi tak dapat berkata apa-apa, kemudian memberikan beberapa lembar
kertas berisi riwayat penyakit Amber.
“Hentikan!”
Suara seorang yeoja yang tak asing padanya semakin mendekat.
“Kenapa kau menyembunyikannya padaku? Tentang kondisimu yang
semakin memburuk? Stadium 3? Kenapa kau tak pernah mengirimkan pesan padaku?”
Amber tak menjawab. Bibirnya tampak terkunci dan tidak bisa
berkata apa-apa.
“Kenapa
kau tidak menjawab? Aku.. Aku merindukanmu selama 10 tahun. Aku.. Aku
menyukaimu semenjak saat itu, Amber..”
“Tidak.. Onew.. Tidak boleh menyukaiku!”
Namja
itu memegang tangan Amber, kemudian memeluk Amber hangat.
“Onew, kamu harus berjanji, kamu akan berjuang keras. Kamu
harus sembuh!”
“Aku berjanji! Tapi, kau harus sembuh juga, Amber. Aku
menyukaimu!”
“Kamu janji.. Akan berjuang.. keras??” suara itu mulai
melemah.
“Ya! Aku berjanji! Tapi, apa… Apa kamu menyukaiku? Amber..
Amber??? Amber!!!!!!!”
Yeoja
itu tertidur di pundak Onew.
***
“Aku
baik-baik saja”
Yeoja
itu tersenyum manis, kemudian memegang tangan Onew erat.
“Mungkin aku tak dapat menjadi seorang ksatria lagi..”
“Tidak apa-apa. Aku akan menjadi ksatriamu, Amber. Sekarang
tidurlah.”
Onew
berniat untuk meninggalkan Amber, namun Amber masih memegang tangan Onew.
“Onew, saranghae. Maaf jika aku telat mengatakannya, tapi
aku juga menyukaimu sejak saat itu.”
***
Lima belas hari
kemudian..
From : Amber
To : Onew
Aku akan menunggumu di restoran pasta di dekat rumah sakit jam 8 malam!
To : Onew
Aku akan menunggumu di restoran pasta di dekat rumah sakit jam 8 malam!
From : Onew
To : Amber
Ayo kita kabur dari rumah sakit XD J
To : Amber
Ayo kita kabur dari rumah sakit XD J
Hubungan
Onew dan Amber dekat kembali. Bahkan, dengan cepat Amber dapat mengubah Onew
menjadi seseorang yang bersemangat, dan mengurangi rasa sakit yang dirasakan
Onew karena penyakitnya. Semua ini
dilakukannya agar Onew dapat hidup bahagia sampai akhir hayatnya. Namun, ia
sendiri tak memikirkan kesehatannya.
Seorang
yeoja mulai mendekati Onew. Gaun putih dengan heels berwarna pink muda
membuatnya terlihat cantik malam ini.
“Beautiful….”
“Really? Terima kasih, Onew. Tapi, aku akan memakainya
sekali.”
“Kenapa? Kau, terlihat sangat cantik.”
“Tunggu..
Apa Amber merasa semakin sakit?” Tanya Onew. Ia memegang tangan Amber hangat,
namun Amber melepaskan tangan Onew dengan kasar. Onew menatap mata Amber, namun
ia malah membuang muka.
“Aku ke
toilet dulu, Onew”
***
“Ini
aneh. Sudah setengah jam, tapi Amber belum kembali. Apa aku harus mengeceknya
di toilet? Ah, aku tidak bisa! Tapi, aku khawatir dengannya. Tapi, orang lain
akan mengira aku…”
***
“Tidak..
Amber! Amber!!!”
Yeoja itu tergeletak di lantai toilet dengan cipratan darah
di dekatnya. Ia tak sadarkan diri.
***
“Andwae!!!!!”
“Aku
baru saja menemukanmu.. Tapi, kenapa kau pergi secepat ini???”
“Tapi,
aku akan berjanji , aku akan tetap kuat. Aku akan cepat sembuh, sesuai janjiku
padamu, Amber!”
Onew
tersenyum meninggalkan pemakaman.
Comments