SMTOWN Fanfiction : Dream Girl [part.1] + preview part.2 ^^ Read it juseyo :""")
Haloooo semuaaaa :"") Author kece dataaaaang!!! *lempar jumroh* :3
Setelah sekian lama menghilang dari blog akhirnya aku kambek :) Fiuh, ff ini special deh, ini bikinnya butuh perjuangan, saking sibuknya sekolah, curi2 waktu, terus ngetik deh :)
Well.. I wanna introduce this ff. Okay, let's see^^
Title : Dream Girl
Author : kinantirestika
Length : gatau apa, yang pasti panjaaaaaang .-.
Genre : romance atau komedi atau apaaa gitu gatau .-. serius author gatau ini genre nya apa -..-
Main cast : Sulli, Minho , dan mr.X ms.X
Support cast : Taemin, Victoria, Baekhyun, Jongin, Sehun, Jessica, Tiffany, dan lain-lain.
READ IT JUSEYOOOO :3
PROLOG
California, USA
Aku memandangi appa1 yang terbaring lemah di ranjang. Selang oksigen bagaikan sesuatu yang tak berguna baginya. Ia tetap tersenyum, meskipun aku tak dapat menahan air mata yang tak kunjung berhenti mengalir.
Ia menggerakkan tangannya - berusaha mengambil seluruh perhatianku-.
“Sulli.. Appa… appa i..ingin.. Sulli.. mendaftar.. pada seko.. seko.. lah.. mu.. sik” ujar ayah terbata-bata. Tekanan darah ayah seketika turun drastis. Spontan aku berteriak memanggil dokter. “A.. ayah.. ingin.. Sulli.. ber.. sa.. ma.. Minho”.***
CHAPTER 1I AM COMING!
Lebih dari 2 jam aku menunggu Baekhyun oppa2 di Incheon Airport. Perutku mulai menangis, tak tahan dengan rasa lapar yang kini sukses merajaiku. Aku menengok ke sekitar, berusaha menangkap sebuah rumah makan yang mampu membuat perutku diam. Syukurlah, aku melihat sebuah café berisikan donat-donat lezat. Tentu aku berniat untuk memasuki café itu.
Aku beranjak dan mulai berfikir untuk memasuki café itu. Langkah demi langkah kakiku berjalan. Namun, seorang namja3 menabrakku.
“Yaa4” teriakku. Namja itu seakan tak peduli.
“Minta maaf dong!” ujarku dengan ketus. Namja itu mendecak pelan. Ia berusaha untuk pergi, namun aku menarik bajunya. Aku menatap mata namja itu tajam.
“What?” tanya pria itu dingin. Hah, aku heran, apa ia tak diajari sopan santun?
“Minta maaf!” ujarku kesal. Pria itu tertawa kecil, kemudian menyentil dahiku. Sebelum mengatakan maaf, ia telah hilang dari pandanganku. Hah, aku akan mengutuknya menjadi seekor bebek.
Segera kubawa diriku memasuki café itu. Terlihat seorang pria familiar berada di café itu. Baekhyun oppa. Aku mendekati Baekhyun oppa dengan wajah kesal. Namun, tampaknya ia tak mengenaliku. Ia sibuk melahap donat-donat itu.
“Baekhyun oppa…” bisikku. Ia menaikkan kepala, dan menemukanku tepat berada didepannya.
“Anda siapa, saya siapa?” tanya Baekhyun oppa. Sedikit kuceritakan, disaat ia merasa bersalah, Baekhyun oppa akan mengambil tindakan bodoh, dengan berpura-pura amnesia. Aku tak mengerti maksudnya, namun baginya berpura-pura amnesia adalah “sebuah” cara brilian.*** Cahaya pagi melintasi jendela kamar, terasa membangunkanku. Aku membersihkan tempat tidur, kemudian spontan keluar dari kamar dan mendekati ruang makan. Terlihat Baekhyun oppa dan ibu sedang berbisik. Sepertinya mereka merencanakan sesuatu.
Jongin melahap roti tanpa suara. Kembaranku yang sedingin es itu memang tidak seaneh Baekhyun oppa. Ia hidup dalam dunianya yang penuh teori-teori fisika. Ia seperti cowok jenius lainnya, tak begitu tertarik dengan sosial. Aku teringat akan kejadian setahun yang lalu saat kami menonton konser SNSD, girlband favoritnya. Disaat seluruh fans histeris saat menonton konser itu, ia hanya menunjukkan ekspresi datar dan tak bergerak sedikitpun.
“Baekhyun oppa sama Jongin bakal nganterin kamu keliling Korea” ujar ibu sambil tersenyum. Aku tersenyum lebar, tak sabar untuk menjelajah kota Seoul yang indah.
***
Aku berjalan mengitari kota Seoul bersama Baekhyun oppa dan Jongin. Namun, Baekhyun oppa menarikku ke sebuah mall. “Pilih aja pakaian yang Sulli suka, nanti Jongin yang bayar!” ujar Baekhyun oppa bersemangat. Jongin tak menolak.Namun, aku merasa tidak enak, karena Jongin adalah orang yang sangat hemat.
Kulihat Jongin dan Baekhyun oppa bertengkar hebat di lobi. Jadi, kuputuskan untuk memata-matai mereka.
“Apa?” tanya Baekhyun oppa sambil berteriak. Jongin mendecis kecil. “Ani5,” jawab Jongin pelan. Baekhyun oppa mungkin takut bila Jongin marah, namun ia tetap menunjukkan ekspresi arogan. Aku merasa sangat bersalah telah menebabkan kedua saudaraku bertengkar seperti ini.
Jongin menarik kerah baju Baekhyun.
“What? You you!” ujar Baekhyun kesal. Jongin tertawa kecil.
“Gak, label harga bajunya masih nempel di kerah” ujar Jongin sambil melepaskan label harga yang menempel di kerah baju Baekhyun. Baekhyun kesal, kemudian menjambak rambut Jongin.
***
Dugaanku benar, ibu membawaku pada sebuah dimensi yang dianggapnya bagus, namun menurutku adalah sebuah bencana besar. Ibu berhasil membuatku duduk pada sebuah restoran pasta, salah satu restoran favoritku. Namun, dibalik pasta, terselip seekor bebek. Firasatku buruk.Ibu tertawa kecil dengan wanita disebelahnya, berpostur sama sepertinya. Aku mendecak seraya mengutuk bebek itu dengan suara kecil. Sepertinya ibu tak merasa bahwa aku membencinya. Bebek tak menatapku. Ia telah terjun kedalam dunia gadget.
Namanya Minho, Choi Minho. Seumuran denganku. Ia baru menamatkan sekolah menengah, dan berencana untuk memasuki Art School. Mengenai profil lengkapnya, kau bisa bertanya langsung padanya. Aku tak berniat membicarakannya. Entahlah, aku sendiri kurang tahu mengapa aku sangat membenci dirinya.Ibu tersenyum lebar menatapku. Benar, ibu merencanakan sebuah bencana besar.
“Mulai hari ini, ibu akan menjodohkanmu dan Minho!” ujar ibu kegirangan. Green tea shake yang telah sukses mendarat di dalam mulutku dengan spontan muncrat dan mengotori hidangan bebek. Dadaku berdebar kencang, tak percaya akan perkataan ibu barusan. Aku tak keberatan jika melanjutkan pendidikanku ke Art School, namun, hal ini begitu mengerikan.Aku menatap bebek dengan kemarahan yang meluap-luap.
Tiba-tiba, sesosok bayangan hitam mucul dibelakangnya. Tentulah aku terkejut. Saking terkejutnya, aku menjatuhkan diri ke lantai dan berhasil membuat pergelangan tanganku cedera berat. Ibu panik, begitu juga dengan Hyori ahjumma6. Aku merasa senang, karena ibu langsung membawaku ke rumah sakit. Artinya, bebek lenyap dari pandanganku.
***
Balutan kasa menutupi pergelangan tanganku. Aku tak peduli, aku hanya ingin keluar dari rumah sakit dan membaringkan tubuhku di rumah. Rumah sakit ini membuatku mual karena pasien dan bau menyengat yang timbul dari obat-obatan. Namun, seorang namja berhasil mencuri fokusku. Ia batuk dengan suara yang keras, namun namja yang berada disampingnya hanya diam dan tak menanggapi. Sepertinya namja itu terkena penyakit serius.
***
Sudah malam, namun kelopak mataku tetap saja bersemangat untuk membuka dirinya. Sebenarnya, aku tidak memikirkan perjodohanku dengan bebek, aku memikirkan permintaan almarhum ayah bahwa ia ingin diriku menjadi seorang artis. Artinya aku harus segera mendaftar ke Art School –sebutan sekolah seni yang membuahkan murid-muridnya menjadi artis- besok. Namun jujur, aku tak ingin menjadi seorang artis.
Aku membaca novel favoritku di ranjang. Tiba-tiba,bayangan kepala berada di depan mataku. Spontan aku terkejut dan berhasil membuat diriku terjatuh ke lantai. Kepala itu begitu mengerikan, tampak seperti kepala ayah.
“Ayah, aku merindukanmu. Maaf ayah, wajahmu terbayang-bayang di benakku” ujarku. Aku mengambil nafas, kemudian berusaha untuk tenang. Kurasa aku benar-benar merindukan ayah.
“Tidak, itulah diriku.” Suara berat terdengar khas ditelingaku. Bukan, suara itu tidak berasal dari Baekhyun oppa, maupun Jongin. Aku menengok ke sumber suara.Aku berteriak dengan keras. Ternyata aku memiliki suara tinggi. Selama ini kupikir suaraku sangat rendah.
Baekhyun oppa dan Jongin segera datang ke kamarku. Aku terlihat seperti mayat hidup. Aku begitu syok hingga tak dapat menggerakkan tubuhku.
“Kenapa, Sulli?” tanya Baekhyun oppa heran.
“Itu… di depan kita.. ayah..” ujarku terbata-bata. Kulihat ayah tersenyum manis saat melihatku.
“Ah, palingan ilusinasimu saja” ujar Baekhyun oppa. Ia mencium keningku, kemudian keluar dari kamarku. Aku masih tak percaya akan pemandangan yang kulihat.Jongin melihatku sambil tersenyum kecil.
“What?” tanyaku. Aku sangat yakin bahwa ia akan mengejekku.
“Aku percaya akan perkataanmu. Kita akan membicarakan hal ini besok” ujarnya. Aku mengangguk mengiyakan. Jongin terlihat serius akan masalah yang barusaja kuhadapi.
Jongin kembali ke kamarnya beberapa saat kemudian. Kulihat sosok ayah duduk manis di ranjangku.
“Anda siapa?” tanyaku panik.
“Your dad!” jawabnya bersemangat. Disaat aku panik, sosok itu malah terlihat senang. -_-
“Tidak, kau bukan ayahku. Ayahku takkan menakutiku!” ujarku. Sosok itu mendekatiku, sepertinya berusaha untuk memelukku. Tentulah aku menghindar.
“Kem.. kembalilah ke surga!” pintaku.
“Ayah takkan menakutimu, ayah hanya ingin mengawasimu. Tak usah takut, Sulli. Ayah hanya ingin kau menemukan sebuah kebahagiaan tanpa kehadiranku disisimu. Disaat itu, ayah akan pergi” ujar sosok itu. Aku tak dapat menjawab, bibir ini terasa terkunci oleh kekuatan sosok itu.
Kurasa aku mulai gila. Bagaimana bisa arwah ayah mengawasiku seperti ini. Ia bersikeras untuk mengawasiku sampai aku menjadi artis dan menikah bersama bebek. Kurasa ia berniat untuk mengawasiku selama 5 tahun ini. Aku merasa berdosa jika membiarkannya mengawasiku. “Ayah takkan menampakkan sosok ini, tenanglah. Sulli dapat hidup sebagai perempuan biasa”.
***
Pagi yang cerah untuk memulai hari yang baru. Aku telah sampai di Frozen Art School, sekolah seni, tujuanku untuk menjadi seorang artis. Aku bertekad untuk menjadi artis yang sukses besar. Keep fighting!
Aku memberikan formulir yang telah kuisi kepada panitia. Berhubung tes praktek akan dilaksanakan hari ini juga, aku memutuskan untuk menunggu di lobi. Tunggu, kulihat bebek juga mendaftar menjadi siswa baru DISINI. Namja menyebalkan. Sudahlah, aku tak ingin memikirkannya. Aku hanya ingin lulus disini.
***
Aku tak tahu ekspresi apa yang harus kutunjukkan saat ini. Apakah sebuah perasaan berbunga-bunga? Atau kesal?
Baekhyun oppa memelukku erat. Ia memang seperti itu, terkadang ia tak sadar bahwa aku akan menginjak usia dewasa. Ia memperlakukanku seperti princess, seperti bayinya. Aku sendiri kurang mengerti, apakah ia memang bersifat kekanak-kanakan, atau ia sangat menyayangiku. Namun, ibu selalu berkata bahwa Baekhyun oppa bersikap dewasa saat ia berada di kampusnya.
“Sulli kita lulus!” teriak Baekhyun oppa. Aku malah kesal. FYI, pada art school akan dibentuk grup beranggotakan 4-12 orang. Didalam satu grup kita harus bekerja sama agar dapat debut. Dan, asal kalian tahu, aku dan bebek berada pada grup yang sama.Itu artinya aku dan Minho akan selalu bertemu. Menyebalkan.
***
Grup C2. Itulah grupku. Beranggotakan 7 orang, yaitu aku, bebek, Taemin, Sehun, Jessica, Tiffany dan Victoria. Aku hanya mengetahui namanya, jujur aku belum pernah menemui mereka, karena sekolah baru dimulai lusa. Kecuali bebek. Ah, mengapa dia selalu berada di sekitarku? Aku tak tahu bagaimana hidupku saat sekolah dimulai.
***
Kosakata:
1. Ayah
2. Panggilan perempuan ke laki-laki yang lebih tua
3. Pria
4. Hei
5. Tidak
6. Bibi
PREVIEW PART.2
Ah, ia menggangguku saja. Atau aku yang telalu berlebihan? Entahlah, yang jelas, karenanya, seringkali diriku tertimpa sial. Menyakitkan lagi, ia samasekali merasa tidak bersalah dan bersikap santai. Untunglah sahabatku ada disaat yang tepat. I love you!
EH TUNGGU SODARA-SODARA GAK LAMA LAGI INSYAALLAH FF EXO BAKAL DILANJUTIN LAGI KOK YANG SABAR YAAA AKU LAGI SIBUK HUHUHUU TT.TT
Setelah sekian lama menghilang dari blog akhirnya aku kambek :) Fiuh, ff ini special deh, ini bikinnya butuh perjuangan, saking sibuknya sekolah, curi2 waktu, terus ngetik deh :)
Well.. I wanna introduce this ff. Okay, let's see^^
Title : Dream Girl
Author : kinantirestika
Length : gatau apa, yang pasti panjaaaaaang .-.
Genre : romance atau komedi atau apaaa gitu gatau .-. serius author gatau ini genre nya apa -..-
Main cast : Sulli, Minho , dan mr.X ms.X
Support cast : Taemin, Victoria, Baekhyun, Jongin, Sehun, Jessica, Tiffany, dan lain-lain.
READ IT JUSEYOOOO :3
PROLOG
California, USA
Aku memandangi appa1 yang terbaring lemah di ranjang. Selang oksigen bagaikan sesuatu yang tak berguna baginya. Ia tetap tersenyum, meskipun aku tak dapat menahan air mata yang tak kunjung berhenti mengalir.
Ia menggerakkan tangannya - berusaha mengambil seluruh perhatianku-.
“Sulli.. Appa… appa i..ingin.. Sulli.. mendaftar.. pada seko.. seko.. lah.. mu.. sik” ujar ayah terbata-bata. Tekanan darah ayah seketika turun drastis. Spontan aku berteriak memanggil dokter. “A.. ayah.. ingin.. Sulli.. ber.. sa.. ma.. Minho”.***
CHAPTER 1I AM COMING!
Lebih dari 2 jam aku menunggu Baekhyun oppa2 di Incheon Airport. Perutku mulai menangis, tak tahan dengan rasa lapar yang kini sukses merajaiku. Aku menengok ke sekitar, berusaha menangkap sebuah rumah makan yang mampu membuat perutku diam. Syukurlah, aku melihat sebuah café berisikan donat-donat lezat. Tentu aku berniat untuk memasuki café itu.
Aku beranjak dan mulai berfikir untuk memasuki café itu. Langkah demi langkah kakiku berjalan. Namun, seorang namja3 menabrakku.
“Yaa4” teriakku. Namja itu seakan tak peduli.
“Minta maaf dong!” ujarku dengan ketus. Namja itu mendecak pelan. Ia berusaha untuk pergi, namun aku menarik bajunya. Aku menatap mata namja itu tajam.
“What?” tanya pria itu dingin. Hah, aku heran, apa ia tak diajari sopan santun?
“Minta maaf!” ujarku kesal. Pria itu tertawa kecil, kemudian menyentil dahiku. Sebelum mengatakan maaf, ia telah hilang dari pandanganku. Hah, aku akan mengutuknya menjadi seekor bebek.
Segera kubawa diriku memasuki café itu. Terlihat seorang pria familiar berada di café itu. Baekhyun oppa. Aku mendekati Baekhyun oppa dengan wajah kesal. Namun, tampaknya ia tak mengenaliku. Ia sibuk melahap donat-donat itu.
“Baekhyun oppa…” bisikku. Ia menaikkan kepala, dan menemukanku tepat berada didepannya.
“Anda siapa, saya siapa?” tanya Baekhyun oppa. Sedikit kuceritakan, disaat ia merasa bersalah, Baekhyun oppa akan mengambil tindakan bodoh, dengan berpura-pura amnesia. Aku tak mengerti maksudnya, namun baginya berpura-pura amnesia adalah “sebuah” cara brilian.*** Cahaya pagi melintasi jendela kamar, terasa membangunkanku. Aku membersihkan tempat tidur, kemudian spontan keluar dari kamar dan mendekati ruang makan. Terlihat Baekhyun oppa dan ibu sedang berbisik. Sepertinya mereka merencanakan sesuatu.
Jongin melahap roti tanpa suara. Kembaranku yang sedingin es itu memang tidak seaneh Baekhyun oppa. Ia hidup dalam dunianya yang penuh teori-teori fisika. Ia seperti cowok jenius lainnya, tak begitu tertarik dengan sosial. Aku teringat akan kejadian setahun yang lalu saat kami menonton konser SNSD, girlband favoritnya. Disaat seluruh fans histeris saat menonton konser itu, ia hanya menunjukkan ekspresi datar dan tak bergerak sedikitpun.
“Baekhyun oppa sama Jongin bakal nganterin kamu keliling Korea” ujar ibu sambil tersenyum. Aku tersenyum lebar, tak sabar untuk menjelajah kota Seoul yang indah.
***
Aku berjalan mengitari kota Seoul bersama Baekhyun oppa dan Jongin. Namun, Baekhyun oppa menarikku ke sebuah mall. “Pilih aja pakaian yang Sulli suka, nanti Jongin yang bayar!” ujar Baekhyun oppa bersemangat. Jongin tak menolak.Namun, aku merasa tidak enak, karena Jongin adalah orang yang sangat hemat.
Kulihat Jongin dan Baekhyun oppa bertengkar hebat di lobi. Jadi, kuputuskan untuk memata-matai mereka.
“Apa?” tanya Baekhyun oppa sambil berteriak. Jongin mendecis kecil. “Ani5,” jawab Jongin pelan. Baekhyun oppa mungkin takut bila Jongin marah, namun ia tetap menunjukkan ekspresi arogan. Aku merasa sangat bersalah telah menebabkan kedua saudaraku bertengkar seperti ini.
Jongin menarik kerah baju Baekhyun.
“What? You you!” ujar Baekhyun kesal. Jongin tertawa kecil.
“Gak, label harga bajunya masih nempel di kerah” ujar Jongin sambil melepaskan label harga yang menempel di kerah baju Baekhyun. Baekhyun kesal, kemudian menjambak rambut Jongin.
***
Dugaanku benar, ibu membawaku pada sebuah dimensi yang dianggapnya bagus, namun menurutku adalah sebuah bencana besar. Ibu berhasil membuatku duduk pada sebuah restoran pasta, salah satu restoran favoritku. Namun, dibalik pasta, terselip seekor bebek. Firasatku buruk.Ibu tertawa kecil dengan wanita disebelahnya, berpostur sama sepertinya. Aku mendecak seraya mengutuk bebek itu dengan suara kecil. Sepertinya ibu tak merasa bahwa aku membencinya. Bebek tak menatapku. Ia telah terjun kedalam dunia gadget.
Namanya Minho, Choi Minho. Seumuran denganku. Ia baru menamatkan sekolah menengah, dan berencana untuk memasuki Art School. Mengenai profil lengkapnya, kau bisa bertanya langsung padanya. Aku tak berniat membicarakannya. Entahlah, aku sendiri kurang tahu mengapa aku sangat membenci dirinya.Ibu tersenyum lebar menatapku. Benar, ibu merencanakan sebuah bencana besar.
“Mulai hari ini, ibu akan menjodohkanmu dan Minho!” ujar ibu kegirangan. Green tea shake yang telah sukses mendarat di dalam mulutku dengan spontan muncrat dan mengotori hidangan bebek. Dadaku berdebar kencang, tak percaya akan perkataan ibu barusan. Aku tak keberatan jika melanjutkan pendidikanku ke Art School, namun, hal ini begitu mengerikan.Aku menatap bebek dengan kemarahan yang meluap-luap.
Tiba-tiba, sesosok bayangan hitam mucul dibelakangnya. Tentulah aku terkejut. Saking terkejutnya, aku menjatuhkan diri ke lantai dan berhasil membuat pergelangan tanganku cedera berat. Ibu panik, begitu juga dengan Hyori ahjumma6. Aku merasa senang, karena ibu langsung membawaku ke rumah sakit. Artinya, bebek lenyap dari pandanganku.
***
Balutan kasa menutupi pergelangan tanganku. Aku tak peduli, aku hanya ingin keluar dari rumah sakit dan membaringkan tubuhku di rumah. Rumah sakit ini membuatku mual karena pasien dan bau menyengat yang timbul dari obat-obatan. Namun, seorang namja berhasil mencuri fokusku. Ia batuk dengan suara yang keras, namun namja yang berada disampingnya hanya diam dan tak menanggapi. Sepertinya namja itu terkena penyakit serius.
***
Sudah malam, namun kelopak mataku tetap saja bersemangat untuk membuka dirinya. Sebenarnya, aku tidak memikirkan perjodohanku dengan bebek, aku memikirkan permintaan almarhum ayah bahwa ia ingin diriku menjadi seorang artis. Artinya aku harus segera mendaftar ke Art School –sebutan sekolah seni yang membuahkan murid-muridnya menjadi artis- besok. Namun jujur, aku tak ingin menjadi seorang artis.
Aku membaca novel favoritku di ranjang. Tiba-tiba,bayangan kepala berada di depan mataku. Spontan aku terkejut dan berhasil membuat diriku terjatuh ke lantai. Kepala itu begitu mengerikan, tampak seperti kepala ayah.
“Ayah, aku merindukanmu. Maaf ayah, wajahmu terbayang-bayang di benakku” ujarku. Aku mengambil nafas, kemudian berusaha untuk tenang. Kurasa aku benar-benar merindukan ayah.
“Tidak, itulah diriku.” Suara berat terdengar khas ditelingaku. Bukan, suara itu tidak berasal dari Baekhyun oppa, maupun Jongin. Aku menengok ke sumber suara.Aku berteriak dengan keras. Ternyata aku memiliki suara tinggi. Selama ini kupikir suaraku sangat rendah.
Baekhyun oppa dan Jongin segera datang ke kamarku. Aku terlihat seperti mayat hidup. Aku begitu syok hingga tak dapat menggerakkan tubuhku.
“Kenapa, Sulli?” tanya Baekhyun oppa heran.
“Itu… di depan kita.. ayah..” ujarku terbata-bata. Kulihat ayah tersenyum manis saat melihatku.
“Ah, palingan ilusinasimu saja” ujar Baekhyun oppa. Ia mencium keningku, kemudian keluar dari kamarku. Aku masih tak percaya akan pemandangan yang kulihat.Jongin melihatku sambil tersenyum kecil.
“What?” tanyaku. Aku sangat yakin bahwa ia akan mengejekku.
“Aku percaya akan perkataanmu. Kita akan membicarakan hal ini besok” ujarnya. Aku mengangguk mengiyakan. Jongin terlihat serius akan masalah yang barusaja kuhadapi.
Jongin kembali ke kamarnya beberapa saat kemudian. Kulihat sosok ayah duduk manis di ranjangku.
“Anda siapa?” tanyaku panik.
“Your dad!” jawabnya bersemangat. Disaat aku panik, sosok itu malah terlihat senang. -_-
“Tidak, kau bukan ayahku. Ayahku takkan menakutiku!” ujarku. Sosok itu mendekatiku, sepertinya berusaha untuk memelukku. Tentulah aku menghindar.
“Kem.. kembalilah ke surga!” pintaku.
“Ayah takkan menakutimu, ayah hanya ingin mengawasimu. Tak usah takut, Sulli. Ayah hanya ingin kau menemukan sebuah kebahagiaan tanpa kehadiranku disisimu. Disaat itu, ayah akan pergi” ujar sosok itu. Aku tak dapat menjawab, bibir ini terasa terkunci oleh kekuatan sosok itu.
Kurasa aku mulai gila. Bagaimana bisa arwah ayah mengawasiku seperti ini. Ia bersikeras untuk mengawasiku sampai aku menjadi artis dan menikah bersama bebek. Kurasa ia berniat untuk mengawasiku selama 5 tahun ini. Aku merasa berdosa jika membiarkannya mengawasiku. “Ayah takkan menampakkan sosok ini, tenanglah. Sulli dapat hidup sebagai perempuan biasa”.
***
Pagi yang cerah untuk memulai hari yang baru. Aku telah sampai di Frozen Art School, sekolah seni, tujuanku untuk menjadi seorang artis. Aku bertekad untuk menjadi artis yang sukses besar. Keep fighting!
Aku memberikan formulir yang telah kuisi kepada panitia. Berhubung tes praktek akan dilaksanakan hari ini juga, aku memutuskan untuk menunggu di lobi. Tunggu, kulihat bebek juga mendaftar menjadi siswa baru DISINI. Namja menyebalkan. Sudahlah, aku tak ingin memikirkannya. Aku hanya ingin lulus disini.
***
Aku tak tahu ekspresi apa yang harus kutunjukkan saat ini. Apakah sebuah perasaan berbunga-bunga? Atau kesal?
Baekhyun oppa memelukku erat. Ia memang seperti itu, terkadang ia tak sadar bahwa aku akan menginjak usia dewasa. Ia memperlakukanku seperti princess, seperti bayinya. Aku sendiri kurang mengerti, apakah ia memang bersifat kekanak-kanakan, atau ia sangat menyayangiku. Namun, ibu selalu berkata bahwa Baekhyun oppa bersikap dewasa saat ia berada di kampusnya.
“Sulli kita lulus!” teriak Baekhyun oppa. Aku malah kesal. FYI, pada art school akan dibentuk grup beranggotakan 4-12 orang. Didalam satu grup kita harus bekerja sama agar dapat debut. Dan, asal kalian tahu, aku dan bebek berada pada grup yang sama.Itu artinya aku dan Minho akan selalu bertemu. Menyebalkan.
***
Grup C2. Itulah grupku. Beranggotakan 7 orang, yaitu aku, bebek, Taemin, Sehun, Jessica, Tiffany dan Victoria. Aku hanya mengetahui namanya, jujur aku belum pernah menemui mereka, karena sekolah baru dimulai lusa. Kecuali bebek. Ah, mengapa dia selalu berada di sekitarku? Aku tak tahu bagaimana hidupku saat sekolah dimulai.
***
Kosakata:
1. Ayah
2. Panggilan perempuan ke laki-laki yang lebih tua
3. Pria
4. Hei
5. Tidak
6. Bibi
PREVIEW PART.2
Ah, ia menggangguku saja. Atau aku yang telalu berlebihan? Entahlah, yang jelas, karenanya, seringkali diriku tertimpa sial. Menyakitkan lagi, ia samasekali merasa tidak bersalah dan bersikap santai. Untunglah sahabatku ada disaat yang tepat. I love you!
EH TUNGGU SODARA-SODARA GAK LAMA LAGI INSYAALLAH FF EXO BAKAL DILANJUTIN LAGI KOK YANG SABAR YAAA AKU LAGI SIBUK HUHUHUU TT.TT
Comments